Minggu, 05 Mei 2019

Kawasan Museum Bahari


BAB I
PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang
Museum pada umumnya dikenal dengan sebuah gedung atau bangunan yang menyimpan koleksi benda-benda warisan budaya yang bernilai luhur yang patut disimpan. Dalam sejarah museum mengalami perubahan-perubahan yang bersifat fungsi. Museum yang awalnya sebagai tempat penyimpanan kemudian berkembang dan bertambah dengan fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran dan akhirnya fungsi ini semakin bertambah.
Tiap museum memiliki koleksi yang berbeda-beda baik asal, jenis, kedudukan, penyelenggara, jenis, koleksi sehingga museum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1)                 Menurut asal koleksi :
a)     Museum umum
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.
b)     Museum Khusus
Museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, cabang ilmu, atau satu cabang geologi.
2)                 Menurut kedudukannya :
a)     Museum Tingkat Nasional
Koleksinya berasal dari seluruh wilayah nusantara.
b)     Museum Tingkat Regional
Koleksinya berasal dari seluruh wilayah propinsi tertentu.
c)     Museum Tingkat Lokal
Koleksinya berasal dari seluruh wilayah kabupaten dan kotamadya
3)                 Menurut Penyelenggara :
a)     Museum Pemerintah
Diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah.
b)     Museum Swasta
Diselenggarakan dan dikelola oleh swasta.
Contoh museum di Indonesia :




Museum Bahari
 adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke yang berlokasi di seberang Pelabuhan Sunda Kelapa. Museum adalah salah satu dari delapan museum yang berada di bawah pengawasan dari Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.  Terletak pada Jalan Pasar Ikan No. 1
Kawasan Sunda Kelapa, Kecamatan Penjaringan
Jakarta Utara. Museum ini menghadap ke arah Teluk Jakarta.



1.2            Sejarah
Dulunya kawasan Sunda Kelapa merupakan kawasan perniagaan yang paling sibuk, ramai dan dijaga ketat oleh tentara Belanda. Kapal-kapal besar hilir mudik mengangkut beragam jenis rempah-rempah untuk di bawa ke kawasan Eropa dan beberapa negara lain di dunia.
Setelah ratusan tahun berlalu kawasan Sunda Kelapa telah mengalami banyak perubahan, bahkan namanya pun telah berganti menjadi Jakarta.Dari sekian banyak perubahan yang terjadi dari masa ke masa, menara pengawas yang didirikan oleh Kolonial Belanda masih berdiri tegak, begitupun dengan galangan kapal VOC dan gudang rempah-rempah, masih tetap berdiri. Walaupun sekarang galangan kapal beralih fungsi menjadi restoran dan kafe dan gudang rempah menjadi Museum Bahari Jakarta.
Pada masa pendudukan Belanda, gedung Museum Bahari semula adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil yang merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. VOC membangun gedung ini secara bertahap sejak 1652 hingga 1759.
Gedung Museum Bahari ini sudah mengalami beberapa perubahan. Tahun perubahan itu dapat dilihat pada pintu-pintu masuk. Di antaranya tahun 1718, 1719 dan 1771. Pada masa pendudukan Jepang, tepatnya ketika perang dunia II meletus (1939-1945) gudang tersebut menjadi tempat logistik peralatan militer tentara Dai Nippon. Setelah Indonesia Merdeka difungsikan untuk gudang logistik PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan PTT (Post Telepon dan Telegram). Pada 1976 kompleks gedung ini diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta yang kemudian dipersiapkan sebagai sebuah museum. Museum Bahari diresmikan pemakaiannya pada 7 Juli 1977.
Bangunan ini memiliki luas tanah sekitar 9.000 m2 dan luas bangunannya mencapai 16 ribu m2. Bangunan ini sudah tiga kali di renovasi, yaitu tahun 1976, 1980, dan 2009. Meski telah direnovasi, tapi tidak menghilangkan ciri khas dari museumnya.
Museum Bahari ini memiliki keunikan yaitu keberadaan koleksi kapal yang sudah tak diproduksi lagi. Di perut Museum Bahari tersimpan benda-benda sejarah berupa kapal dan perahu-perahu asli maupun miniatur. Mengingatkan kepada kita bahwa sejak jaman dahulu kala ‘nenek moyangku seorang pelaut’. Ada kebanggaan ‘kebaharian’ dari bangsa pemberani di dalam mengarungi samudra luas dan ganas. Selain itu, dari segi arsitekturnya bangunan ini memiliki ciri khas bangunan yang terbuat dari kayu.




BAB II
TELAAH PUSTAKA

Perlunya dilakukan konservasi pada Museum Bahari ini dikarenakan bangunan ini menyimpan banyak kenangan tentang cagar budaya masa lalu dari bangsa Indonesia. Konservasi adalah proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang terkandung dapat terjaga dengan baik meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai kondisi lokal. konservasi kawasan atau sub bagian kota, mencakup suatu upaya pencegahan perubahan sosial, bukan secara fisik saja.
Dengan berkunjung ke Museum Bahari pengunjung akan mengetahui sejarah dan begitu banyak kekayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia. Bermacam-macam koleksi dipamerkan pada museum ini. Hanya dengan melihatnya pengunjung akan mendapatkan kenangan yang berharga. Tidak ketinggalan pula pesona kawasan kota tua akan dapat membangkitkan kenangan terhadap bangsa lain yang pernah menjajah bangsa kita di masa lalu. Berlandaskan alasan tersebut sangatlah layak dilakukan konservasi terhadap Museum Bahari ini.
1.     Arahan pelestarian kawasan.
Arahan pelestarian kawasan ditujukan untuk mempertahankan kondisi fisik, ciri khas dan karakter kawasan sebagai kawasan peninggalan sejarah Kolonial di Batavia. Arahan pelestarian di Kawasan Museum Bahari secara umum adalah :


  • Penyusunan pedoman desain untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya pendirian bangunan baru dengan desain dan konstruksi yang dinilai tidak selaras dengan bangunan kuno di sekitarnya. Bagi bangunan baru diarahkan agar selaras dengan bangunan kuno di sekitarnya, dengan menyesuaikan ornamen dan bentuk atap mengikuti gaya arsitektur Kolonial.
  • Perlindungan kawasan bersejarah melalui pemberian batasan dan penetapan zona-zona pelestarian khusus.
  • Pembebasan area di sekitar kawasan Museum Bahari yang telah berdiri bangunan-bangunan liar yang tidak sesuai dengan gaya arsitektur dari Museum Bahari ini. Area yang akan dibebaskan ini akan digunakan sebagai area terbuka dikarenakan di sekitar kawasan ini sangat kurang area terbuka untuk penghijauan.
  • Pelaksanaan hukum dan peraturan pelestarian secara tegas dan adil, pelaksanaan pemberian sanksi bagi yang melanggar, pemberian sanksi yang tegas dan adil diharapkan mampu mengendalikan perubahan kawasan bersejarah.
  • Memberikan insentif berupa keringanan retribusi dan bantuan dana perawatan bangunan, penghargaan bagi masyarakat yang telah berperan aktif dalam kegiatan pelestarian kawasan bersejarah.
  • Memberikan penyuluhan kepada masyarakat baik pemilik bangunan bersejarah maupun non bersejarah mengenai pentingnya pelestarian kawasan bersejarah, diharapkan melalui penyuluhan ini dapat mengubah cara pandang masyarakat yang semula memandang negatif terhadap pelestarian kawasan.
  • Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat dalam melakukan kegiatan pelestarian serta hal-hal lain yang berhubungan dengan perlindungan kawasan dan bangunan bersejarah
  • Pembersihan dan pengerukan limbah kali disekitar kawasan yang menyebabkan pencemaran udara dan pencemaran saluran air, sehingga fungsi saluran air kembali normal
  • Melakukan sosialisasi pada masyarakat sekitar agar tidak membuang limbah ke saluran air sekitar kawasan.