MANUSIA DAN PENDERITAAN
A. Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari
bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya
menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu
dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun
peranan individu juga menentukan berat-tidalmya intensitas penderitaan. Suatu
peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan
penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi
untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai
kenilcmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan
“risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya,
tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna
agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya
manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah
manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda
atau wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar
dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang
terjadinya penderitaan. Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah
memberikannya
banyak kelebihan dibandingkan dengan mahlulc ciptaannya yang lain,
tetapi mampukah manusia mengendalikan diri untuk melupakannya ? Bagi manusia
yang tebal imannya musibah yang dialaminya akan cepat dapat menyadarkan dirinya
untuk bertobat kepadaNya clan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan
atas dirinya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih
besar dan dirinya, akan membuat manusia merasakan dirinya kecil dan menerima
takdir. Dalam kepasrahan demikianlah akan diperoleh suatu kedamaian dalam
hatinya, sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang dialaminya,
untuk akhimya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang
lebih berat dari yang dialaminya.
Baik dalam Al Quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan
ayat yang menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia atau berisi
peringatan bagi manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umunya manusia kurang
mempethatikan peringatan tersebut, sehingga manusia mengalami penderitaan.
Hal itu misalnya dalam surat Al.Insyiqoq:6 (q) dinyatakan “manusia
ialah mahluk yang hidupnya penuh perjuangan. Ayat tersebut harus diartikan,
bahwa manusia hams bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk
kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam),
menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak bole h lupa untuk taqwa terhadap
Tuhan. Apabila manusia melalaikan salah satu darinya, atau kurang sungguh-sungguh
menghadapinya, maka akibatnya manusia akan menderita. Bila manusia itu sudah
berkeluarga, maka penderitaan juga dialami oleh keluarganya. Penderitaan
semacam itu karena kesalahaunya sendiri.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya
macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana
manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ? Penderitaan fisik yang dialami
manusia tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya.
Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si
penderita dalarn menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya. Para ahli
lebih banyak membantu saja. Sekali lagi semuanya itu merupakan “resiko” karena
seseorang mau’hidup. Sehingga enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara
merupakan dua sisi atau masalah yang wajib diatasi.
B. Contoh Penderitaan
Manusia sebagai mahluk hidup yang memiliki kepribadian yang
tersusun dari perpaduan, saling berhubungan dan pengaruh-mempengaruhi antara
unsur-unsur jasmani dan rohani. pada jasmani dan rohani tersebut dapat
timbul sebuah penderitaan. Jasmani disebut juga sebagai tubuh, wadah, jasad,
materi, atau unsur kongkrit dan merupakan unsur yang hidup pada diri manusia.
Sedangkan Rohani sering disebut dengan istilah lain seperti jiwa, badan halus,
dan merupakan unsur yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra manusia tetapi
menjiwai, memimpin, mendasari unsur-unsur pribadi manusia.
Berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat dibagi menjadi 2 bagian sebagai berikut :
Berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat dibagi menjadi 2 bagian sebagai berikut :
· Nasib
buruk merupakan Penderitaan yang dikarenakan umat manusia penderitaan
yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam
hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Nasib
buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain,
manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. Perbedaan nasib buruk dan takdir,
kalau takdir, Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia
penyebabnya.
· Penderitaan yang
timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan yaitu Penderitaan
manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun
kesabaran, tawakal, dan optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk
mengatasipenderitaanitu.
Di bawah ini adalah beberapa contoh penderitaan yang mungkin
sering kita lihat di lingkungan kita.
§ Pemutusan hak kerja : Bagi orang
yang sudah berkeluarga mungkin penderitaan ini yang paling di takutkan apalagi
bagi seorang ayah yang mempunyai kewajiban menafkahi keluarganya,hal ini akan
berdampak buruk tidak hanya bagi sang ayah namun juga bagi keluarganya.
§ Kehilangan orang tua : Hubungan kita
dengan orang tua merupakan suatu hubungan yang unik. Oleh sebab itu pasangan
diharapkan bisa memahami makna kehilangan ini. Misalnya dengan berusaha
menggantikan posisinya demi mendukung pasangan. Antara lain dengan cara selalu
berada di dekatnya, menjadi pendengar yang baik, dan selalu siap membantunya.
§ Kemiskinan : Dalam hal ini mungkin
semua orang menderita mengalami kemiskinan.namun miskin disini bukan
miskin melarat melainkan hidup pas-pasan.bagi sebagaian orang hidup
seperti itu tidak enak namun bagi orang lain mungkin hidup seperti itu
lebih baik dari pada berlimpah harta namun anggota keluarga tidak
bahagia,semua di atur oleh uang,sibuk dengan tugas masing”,tidak ada komunikasi.hal itu di buktikan dengan adanya kata-kata ” makan
ga makan yang penting kumpul”.
§ Bencana : Tidak ada yang dapat
menghindari sebuah bencana yang diberikan oleh Allah SWT. Bencana yang datang
dapat menghilangkan sebagian ataupun seluruh harta benda yang ada, bahkan
dapat mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma yang diakibatkan oleh
bencana juga sulit untuk dipulihkan. Hal ini membutuhkan banyak waktu untuk
seseorang kembali bangkit dan hidup normal dengan membangun kehidupannya
seperti sedia kala.
C. Pengertian Siksaan
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan
rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala
tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik
maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang
dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme,
pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau
tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan
sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan
juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk
mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi
suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai
cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Penyiksaan hampir secara universal telah dianggap sebagai
pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak
Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa
Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak
melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh
atau tawanan perang) dalam suatu konflik bersenjata. Penanda tangan UN Convention Against Torture juga telah
menyetujui untuk tidak secara sengaja memberikan rasa sakit atau penderitaan
pada siapapun, untuk mendapatkan informasi atau pengakuan, menghukum, atau
memaksakan sesuatu dari mereka atau orang ketiga. Walaupun demikian,
organisasi-organisasi seperti Amnesty International memperkirakan
bahwa dua dari tiga negara tidak konsisten mematuhi perjanjian-perjanjian
tersebut.
D. Phobia
Fobia (gangguan anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang
berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa
dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian
orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya,
pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada
perbedaan “bahasa” antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia.
Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia
biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang
berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang
pengidap fobia subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna,
sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan
rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek
Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental
seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang
bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya
fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem
seperti trauma bom,
terjebak lift dan
sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan
memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut
dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis)
yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara
otomatis akan merasa cemas dan agar “nyaman” maka cara yang paling mudah dan
cepat adalah dengan cara “mundur kembali”/regresi kepada keadaan fiksasi.
Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi
negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi).
Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia
lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola”
respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu
sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak
produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.
Fobia sosial dikenal juga sebagai gangguan anxietas sosial,
fobia sosial adalah ketakutan akan diamati dan dipermalukan di depan publik.
Hal ini bermanifestasi sebagai rasa malu dan tidak nyaman yang sangat
berlebihan di situasi sosial. Hal ini mendorong orang untuk mengindari situasi
sosial dan ini tidak disebebabkan karena masalah fisik atau mental (seperti
gagap, jerawat atau gangguan kepribadian).
Fobia spesifik ditandai oleh ketakutan yang tidak rasional
akan objek atau situasi tertentu. Gangguan ini termasuk gangguan medik yang
paling sering didapati, namun demikian sebagian kasus hanyalah ringan dan tidak
perlu mendapatkan pengobatan. Pada fobia terjadi salah-pindah kecemasan pada
barang atau keadaan yang mula-mula menimbulkan kecemasan itu. Jadi terdapat dua
mekanisme pembelaan, yaitu salah-pindah dan simbolisasi. Ada banyak macam
fobia yang dinamakan menurut barang atau keadaan. Apabila berhadapan dengan
objek atau situasi tersebut, orang dengan fobia akan mengalami perasaan panik,
berkeringat, berusaha menghindar, sulit untuk bernapas dan jantung berdebar.
Sebagian besar orang dewasa yang menderita fobia menyadari bahwa ketakutannya
tidak rasional dan banyak yang memilih untuk mencoba menahan perasaan anxietas
yang hebat daripada mengungkapkan ganguannya.
E. Siksaan Psikis
Siksaan merupakan suatu penderitaan yang diterima oleh
seseorang.Penderitaan itu sendiri berbentuk penganiayaan.Seseorang mengalami
penganiyaan yang membuatnya mendapat siksaan dan merasa tersiksa.Kenyamanan
tentu saja tidak dapat oleh seseorang yang mengalami siksaan tersebut. Dengan
siksaan yang didapat oleh seseorang, pastilah akan membuat orang itu mendapat
luka baik luka fisik maupun luka hati atau yang lebih terkenal dengan nama
‘sakit hati’. Bahkan tidak hanya luka yang didapat oleh orang yang disiksa,
akan tetapi juga tidak sedikit dendam yang timbul dari orang yang disiksa
tersebut terhadap orang yang menyiksanya. Oleh karena itu mestinya tak ada lagi
orang yang semena-mena menyiksa orang lain agar tak timbul lagi suatu dendam.
Yaitu dengan membuat peraturan atau hukum yang sudah ada seprti sekarang ini.
Siksaan dapat diartikan sebagai siksan badan atau jasmani, dan
dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami
seseorang, timbulah penderitaan. Berikut merupakan siksaan rohani/psikis,
yaitu:
§ Kebimbangan dialami oleh seseorang bila ia pada
suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil.
· Kesepian dialami
seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia
dalam lingkungan orang ramai.
· Ketakutan
merupakan berntuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan
batin. Bila rasa takut itu dibesar-besarkan byang tidak pada tempatnya, maka
disebut sebagai phobia. Banyak sebab orang menjadi phobia.
Siksaan juga dapat diartikan sebagai
siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani.
Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Dalam kitab suci
al-quran dijelaskan tentang siksaaan yang dialami manusia nanti jika musyrik,
syirik, dengki, fitnah, mencuri, bohong dan sebagainya.antara lain dalam (surat
al-ankabut ayat 40).
F. Penyebab Ketakutan
Penyebab-penyebab ketakutan
Pada dasarnya pada diri manusia sudah tertanam sifat takut tetapi
insentitas dari rasa takut itu sendiri berbeda-beda setiap individu. Biasanya
penyebab ketakutan itu didasari oleh kenangan masa kecil atau kenangan yang
kurang baik. Contohnya takut terhadap benda-benda atau binatang , ini
disebabkan kemungkinan besar pada waktu kecil sering di takut-takuti oleh benda
atau binatang tersebut sehingga ini menyebabkan phobia terhadap benda atau
binatang. Selain itu ketakutan terhadap tempat tertentu atau tempat yang berada
di luar ruangan. Contohnya hutan karena tempat ini sering dijadikan tempat
berkumpulnya mahkluk-mahkluk halus dan belum lagi mitos dari warga sekitar,
inilah yang membuat seseorang merasa takut untuk pergi ke hutan dan
tayangan-tayangan di televisi atau bioskop yang lebih menitik beratkan pada
genre horror semakin menambah ketakutan yang sangat mendalam. Kegelapan juga
identik dengan salah satu penyebab ketakutan karena pada saat gelap seseorang
dapat mengalami ketakutan yang sangat luar biasa mungkin pada saat gelap
mahklus halus lebih senang untuk menampakkan dirinya.
Kemudian ketakutan terhadap suatu lingkungan sosial biasanya pada
masa remaja khususnya hal ini sangat ditakutkan karena berinteraksi dengan
orang lain tidaklah mudah karena di sini membutuhkan suatu adaptasi dimana kita
bisa menempatkan diri di berbagai macam situasi dan kondisi, hal-hal yang harus
diperhatikan pada saat kita berinterkasi dengan orang lain adalah sopan santun
terhadap sesama sehingga kita bisa diterima di suatu lingkungan sosial. Tutur
kata yang baik juga sangat diperlukan karena dengan itu kita dapat berinteraksi
dengan mudah dengan kata-kata yang mudah dipahami oleh berbagai macam kalangan.
G. Kekalutan Mental
Merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kekacauan
dan kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya. Saat mendapat
kekalutan mental berarti seseorang tersebut sedang mengalami kejatuhan mental
dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan oleh orang tersebut. Dengan mental yang
jatuh tersebut tak jarang membuat orang yang mengalami kejatuhan mental menjadi
tak waras lagi atau gila. Karena itu orang yang mengalami kejatuhan atau
kekalutan mental seharusnya mendapat dukungan moril dari orang-orang dekat di
sekitarnya seperti orangtua, keluarga atau bahkan teman-teman dekat atau
teman-teman pergaulannya. Hal tersebut dibutuhkan agar orang tersebut mendapat semangat
lagi dalam hidup.
Gejala-gejala Kekalutan Mental
· Nampak pada
jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
· Nampak pada
kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
· Selalu iri hati
dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga dia menjadi
sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan
bunuh diri.
· Komunikasi
sosial putus dan ada yang disorientasi sosial
· Kepribadian yang
lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan Merasa
rendah diri, ( orang-orang melankolis)
· Terjadinya
konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan
lingkungan masyarakat.
Tahap Gangguan Kejiwaan
Gangguan jiwa merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan
pada dopamin, yaitu salah
satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling
lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik
diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang
pancaindra).
Tahap – tahap gangguan jiwa :
Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si
penderita baik jasmani maupun rohaninya
Usaha mempertahankan diri dengan cam negatif, yaitu mundur atau
lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita
gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya,
sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan persoalan, tetapi
melawan atau memecahkan persoalan.
Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang
bersangkutan mengalami gangguan
Krisis ekonomi yang berkepanja gan telah menyebabkan meningkatnya
jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena
adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam
memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan,
perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu
dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya
gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika
lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa
maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya.
Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun
dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.
Sedangkan menurut Menurut Janice Clack,1962
Tahap Comforting :
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan
berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan coping
imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
Tahap Condeming :
Timbul kecemasan moderate , cemas biasanya makin meninggi
selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila
orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik
diri (With drawl).
Tahap Controling :
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul
tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah
berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa
sangat kesepian/sedih.
Tahap Conquering :
Klien merasa panik , suara atau ide yang datang mengancam apabila
tidak diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul
perilaku suicide.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental sebagai berikut :
a. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental
yang kurang sempurna. Hal-hal tersebut sering menyebabkan yang bersangkutan
merasa rendah diri, yang berangsur akan menyudutkan kedudukannya dan
menghancurkan mentalnya. Hal ini banyak terjadi pada orang-orang melankolis.
b. Terjadinya konflik sosial-budaya akibat adanya norma
yang berbeda antara yang bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga
ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi, misalnya orang dari pedesaaan yang telah
mapan sulit menerima keadaan baru yang jauh berbeda dari masa lalunya yang
jaya.
c. Cara pematangan bathin yang salah dengan memberikan
reaksi berlebihan terhadap kehidupan
sosial; overacting sebagai overkompensasi dan tampak
emosional. Sebaliknya ada yang underacting sebagai rasa rendah diri
yang lari ke alam fantasia atau dunia khayalan.
Proses-proses kekalutan mental yang dialami oleh seseorang
dapat berdampak ke arah berikut ini :
Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang akan
dijawab secara baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup. Trauma yang
ia hadapi akan membuatnya merenung dan akhirnya sadar akan tingkahnya yang
berlebihan. Ia akan mencari ketenangan dan mendekatkan diri pada Allah dengan
tujuan mendapatkan petunjuk untuk keluar dari permasalahan yang sedang ia
hadapi. Misalnya, melakukan shalat istiqhoroh dan shalat Tahajud bagi
umat Islam waktu malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan
keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi, atau melakukan kegiatan yang
positif setelah kejatuhan dalam kehidupan (Dalam pepatah dikatakan; Hendaknya
jatuh tupai janganlah sampai jatuh tapai!).
Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan,
sehingga yang bersangkutan mengalami frustrasi, yaitu tekanan batin akibat
tidak tercapainya apa yang diinginkan. Bentuk frustrasi yang dialami orang
dewasa antara lain sebagai berikut :
1. Agresi, serangan berupa
kemarahan yang meluap akibat emosi yang tidak terkendalikan. Secara fisik
berakibat mudah terjadinya hipertensi (tekanan darah tinggi), atau melakukan
tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2. Regresi, kembali
pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan (infantil), misalnya dengan
menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung dan merusak barang-barang.
3. Fiksasi, peletakan
atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap), misalnya dengan membisu,
memukul-mukul dada sendiri dan membentur-benturkan kepala pada benda keras.
4. Proyeksi, usaha
mendapatkan, melemparkan atau memproyeksikan sikap-sikap sendiri yang negatif
pada orang lain. Kata pepatah : awak yang tidak pandai menari, dikatakan lantai
yang terjungkat.
5. Indentifikasi,
menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasi, misalnya dalam
kecantikan, yang bersangkutan menyamakan dirinya dengan bintang film, atau
dalam soal harta kekayaan dengan pengusaha kaya yang sukses.
6. Narsisme,
mencintai dirinya sendiri dengan sangat berlebihan sehingga yang
bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari pada orang lain.
7. Autisme, gejala
menutup diri secara total dari dunia riil, tidak ingin berkomunikasi dengan
orang luar, dan merasa tidak puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus
pada sifat yang sinting.
H. Hubungan Penderitaan Dan Perjuangan
Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti akan mengalami
penderitaan, baik yang berat maupun yang ringan. Penderitaan adalah bagiuan
kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena tergantung kepada manusia itu
sendiri bisa menyelesaikan masalah itu semaksimal munkgin apa tidak. Manusia
dalah makhluk berbudaya, dengan budaya itulah ia berusdaha mengatasi
penderitaan yang mengancam hidupnya atau yang dialaminya. Hal ini bisa mebuat
manusia kkreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang
melihat atau berada di sekitarnya.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah
menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya
untuk bahagia, tetapi juga harus merasakan penderitaan. Manusia juga harus optimis
tiap mengalami penderitaan tersebut. Katena penderitaan sebagaimana halnya
hanya sebagai ujian dari yang Maha Kuasa.
Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya untuk meneruskan
kelangsungan hidup. Caranya manusia terssebut harus berjuang menghadapi
tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada dan
disertai doa kepada Tuhan supaya kita bisa terhindar dari segala bahaya dan
malapetaka. Manusia hanya berencana tetapi Tuhan juga yang menentukan.
Kelalaian manusia bisa menjadi sumber dari segala penderitaan tersebut.
Penderitaan yang terjadi selasin dialami sendiri ole orang yang bersangkutan,
tetpi juga bisa dialamai oleh orang lain. Penderitaan juga bisa terjadi akibat
kelalaian orang lain atau penderitaan orang lain.
I. Hubungan Penderitaan, Media Masa &
Seniman
Dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan
itu sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan kemajuan teknologi yang sangat
pesat. Penciptaan bom atom, reaktor nuklir, pabrik senjata, peluru kendali, pabrik
bahan kimia merupakan sumber peluang terjadinya penderitaan manusia.
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusai adalah
kecelakaan, bencana alam dan lain-lain. Contohnya tenggelamnya kapal laut,
meletusnya gunue berapi, tsunami dan sebagainya bisa membuat manusia menderita
karena bencana tersebut.
Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi
lembaran koran, layar kaca dan berbagai media lainnya. Berita-berita tersebut
ditayangkan dimaksudkan agar semua orang yang menyaksikan tau melihat ikut
merasakan penderitaan sesamanya. Dengan demikian diharapkan dapat menggugah
hati manusia untuk bebuat sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para
dermawan untuk meringankan penderitaan dan penyelamatan dari musinbah tersebut.
Bantuan bisa datang secara perseorangan atau kelompok atau bisa juga dari
sebuah oraganusasi tertentu.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk
mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan kepada masyarkan luas. Dengan
demikian masyarakat dapat dengan segera meliai untuk menentukan sikap antara
manusia terutama yang bersimpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang
dilakukan para seniman melalui karya, sehingga para pembaca, penonton dapat
menkhayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.
J. Pengaruh Mengalami Penderitaan
Apa saja pengaruh yang akan terjadi pada
seseorang bila mengalami penderitaan???
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh
bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap
positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak
bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri, Siakp ini diungkapkan dalam
peribahasa “Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna” ,”nasi sudah
menjadi bubur”. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti,
misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup,
bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri
dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap
positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap
keras atau sikap anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin
paksa, anti ibu tiri,ia berjuang menentang kekerasan dan lain-lainnya
Apabila sikap negatif dan positif ini dikomunikasikan oleh para
seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan
memberikan penilainnya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan
perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan
keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan
keadaan yang lebih sesuai, keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.
Opini :
Tuhan menciptakan manusia
sebagai mahluknya yang paling sempurna. Tuhan memberikan penderitaan juga bukan
karena Ia membenci mahlukNya, melainkan Ia sangat menyayangi manusia. Namun,
untuk menaikkan derajat manusia ke derajat yang lebih tinggi Tuhan pasti akan
memberikan cobaan kepada mahlukNya, siapa yang dapat melewati pendeitaan itu,
maka Tuhan akan menaikkan derajat aku dan kamu menjadi lebih tinggi. Oleh
karena itu, segala pengaruh buruk yang timbul karena terjadinya penderitaan,
harusnya disingkirkan jauh-jauh. karena Tuhan sayang kok sama kita semua.
Penderitaan yang aku dan kamu alami sekarang, harus dijadikan sebuah motivasi
untuk bangkit menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Segala sesuatu jangan
dilihat dari siai yang paling nampak aja.. Tapi lihat juga dari sisi yang
sebenarnya harus menggunakan hati dan pikiran kita semua. Jangan siksa
diri sendiri dengan pengaruh penderitaan yang buruk ahh Kalau bukan kita
sendiri yang menyelamatkan diri kita, lalu siapa lagiSTUDI KASUS
Contoh nyata dalam kehidupan ketika seseorang
mengalami siksaan dalam penderitaan seperti banyaknya kasus bunuh diri. Salah
satunya adalah artis cantik yang berasal dari negri gingseng Korea Selatan Jang
Ja Yeon, ia tewas bunuh diri dengan mengenaskan di rumahnya pada tahun 2009 .
Artis cantik yang memiliki peran di drama boys before flowers ini mengakhiri
hidupnya di karenakan mengalami depresi yang berkelanjutan.
Ia memilih gantung diri di kamar mandi
rumahnya di karenakan ia tidak tahan dengan kerasnya dunia hiburan di negri
tersebut. Sebelum ia meninggal Jang Ja Yeon menceritakan apa yang ia alami
dalam sepucuk surat, ia mengaku bahwa ia telah dieksploitasi dan di lecehkan
secara seksual selama berkarir di dunia hiburan.
Jang Ja Yeon di paksa menjadi budak seks untuk
orang-orang kaya demi memuluskan karirnya sebagai artis. Ini adalah salah
contoh dari penderitaan dan siksaan secara fisik maupun batin yang
menyebabkan korban menjadi depresi berat dan lemahnya mental sehingga ia
memutuskan untuk bunuh diri.
ð Contoh nyata yang kedua adalah Penyakit
seorang anak berusia 2 tahun mengalami kanker otak sudah mengalami koma 2bulan dan tak
kunjung sadar , orang tua dari anak tersebut hanya berusaha semaksimal mungkin
dan berdoa kepada allah swt agar diberi kesembuhan atas
penyakit yang diderita anaknya.