KRITIK DESKRIPTIF
Kritik
deskriptif adalah kritik yang menjelaskan sebuah kritik seolah kita adalah
seorang jurnalis arsitektur atau sejarahwan dan menilai bangunan secara apa
adanya bedasarkan pengalaman. Pada kritik deskriptif, kita menjelaskan
bagaimana perasaan kita terhadap sebuah bangunan dengan merasakan bangunan
tersebut dan kemudian mencatatnya.
Menurut
Hidayat syah penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada
suatu masa tertentu. Sedangkan menurut Punaji Setyosari ia menjelaskan
bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang,
atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan
baik dengan angka-angka maupun kata-kata.
Ciri-ciri Kritik
Deskriptif :
1.
Deskriptif
mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota.
2.
Lebih bertujuan
pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan
proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
3.
Lebih dipahami
sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk
yang ditampilkannya
4.
Tidak dipandang
sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat
bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
·
Contoh Kritik Deskriptif dengan metoda
Depictive Criticism (Gambaran bangunan)
Playhouse atau yang sering disebut dengan rumah
bermain adalah salah satu hasil karya dari biro arsitek Aboday yang terdiri
dari 3 orang arsitek Indonesia yaitu Ary Indra, Rafael David, dan Johansen Yap.
Playhouse ini dibangun sekitar tahun 2010 yang berlokasi di Bumi Serpong Damai,
Tanggerang.
Dapat dilihat bangunan
rumah yang diberi nama Playhouse ini di miliki oleh keluarga kecil dengan
memiliki anak berusia 5tahun maka dari itu pada saat perancangan sang arsitek
memikirkan bahwa karakteristik anak adalah senang bermain dari situ dapat diasumsikan
sebagai konsep bangunan. Dengan karya-karya lainnya yang memiliki ciri khas
tersendiri yaitu dengan sentuhan desain yang unik dan kontemporer maka terciptalah
slide(prosotan) yang
menghubungkan antara lantai atas dan lantai bawah rumah tersebut.

Penggunaan bahan beton dipilih menjadi bahan material utama. Penggunaan beton tidak hanya digunakan dalam pembuatan dinding, melainkan pengaplikasian untuk penutup atap sebagai pengganti genteng. Ini menjadikan tantangan tersendiri bagi para arsitek dikarenakan iklim di Indonesia yang cenderung tropis, sedangkan beton sendiri dikenal dapat menangkap energi panas matahari. Dari permasalahan ini diberikan solusi berupa peninggian dari langit-langit atap yaitu sekitar 10meter dengan menggunakan lapisan khusus dari membran tahan panas serta pada permukaan atap dan dinding luar diaplikasikan dengan penanaman tanaman rambat. Dari pemecahan masalah ini meuncullah sisi estetik yang membantu untuk mengurangi energi panas matahari secara internal.
Arsitek menerapkan metode form follow function yaitu bentuk bangunan didasari oleh fungsi dari bangunan tersebut, sehingga bentuk dan fungsi penggunaan bangunan sesuai. Playhouse ini terdiri dari tiga kamar tidur, dua dapur, dua ruang tamu,satu ruang kerja, koridor dengan skylight, bukaan besar ke ruang duduk, serta area servis di lantai atas.

SUMBER :
http://www.aboday.com/
http://archikets.blogspot.com/2016/09/kritik-deskriptif.html
http://www.archdaily.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar